Bencana Banjir dan Dampaknya pada Kerusakan Lahan Pertanian di Provinsi Gorontalo

Oleh: Yopan Latif . 23 Juli 2024 . 14:00:00

Mohamad Ikbal Bahua (Guru Besar tetap pada Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo)

Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Definisi banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Penyebab banjir mencakup curah hujan yang tinggi; permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut; wilayah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan sedikit resapan air; pendirian bangunan disepanjang bantaran sungai; aliran sungai tidak lancar akibat terhambat oleh sampah; serta kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai. Meskipun berada diwilayah "bukan langganan banjir'. Setiap orang harus tetap waspada dengan kemungkinan bencana alam ini.

Bencana banjir yang terjadi di Provinsi Gorontalo, sejak tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 2024 berdampak meluas pada aktivitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat.  Bencana banjir pada pertengahan tahun 2024 melanda 6 Kabupaten dan Kota di Provinsi Gorontalo. Banjir di Kabupaten Gorontalo berdampak kepada 19.513 jiwa. Korban terdampak tersebar di lima kecamatan, yakni; Limboto, Tabongo, Batudaa, Telaga Jaya dan Tilango. Sementara di Kabupaten Bone Bolango sebanyak 4.100 jiwa yang tersebar di Kecamatan Bone Pantai, Bulango Timur dan Kabila Bone. Sedangkan di Kota Gorontalo ada 12.487 jiwa terdampak banjir yang tersebar di tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Dumbo Raya, Kota Selatan, Hulontalangi, Kota Barat, Kota Timur, Kota Tengah, dan Kota Utara.

Bencana banjir yang terbesar sepanjang sejarah berdirinya Provinsi Gorontalo, berdampak juga pada rusaknya lahan pertanian, sehingga banyak petani yang mengalami gagal panen terutama untuk tanaman padi, jagung, cabe, tomat, dan tanaman palawija. Luas lahan pertanian yang rusak akibat bencana banjir di Kabupaten Gorontalo seluas 2.765 hektar, dan Kabupaten Pohuwato seluas 4,5 hektar.

Pada musim banjir, lahan pertanian akan terendam air dalam waktu yang cukup lama. Air dapat merusak tumbuhan yang mengakibatkan gagal panen. Selain itu, petani juga harus berhadapan dengan penyakit serta hama, khususnya keong mas yang hidup di daerah rawa atau sawah. Hal ini mengharuskan petani menunda waktu tanam sampai banjir surut. Bencana ini juga mengakibatkan pengurangan jumlah lahan pertanian. Banjir yang terjadi di Provinsi Gorontalo pertengahan Bulan Juli 2024 telah merendam lahan pertanian khususnya di daerah-daerah penghasil bahan pangan terutama padi dan jagung, seperti Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato. Sehingga lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan lagi.

Ketahanan pangan adalah kesanggupan negara dan daerah dalam memastikan ketersediaan bahan pangan dan kemudahan masyarakat dalam mendapatkan pangan dengan stabil. Disinilah peran penting sektor pertanian dibutuhkan. Namun, apabila bencana banjir pada lahan pertanian terus terjadi, petani akan mengalami gagal panen. Gagal panen dapat mengakibatkan penurunan pasokan bahan pangan di Gorontalo. Jika pasokan bahan pangan hanya sedikit, sedangkan permintaan dan kebutuhan masyarakat yang terus tinggi, hal ini akan menyebabkan naiknya harga pangan di pasar dan ancaman bagi ketahanan pangan di Provinsi Gorontalo.   

Menurut data Bank Dunia tahun 2022, kurang lebih 34% penduduk Indonesia tergolong dalam kelompok miskin dan rentan. Ketika terjadi kenaikan harga bahan pangan, penduduk dengan penghasilan rendah akan sulit mendapatkan pangan yang sesuai dengan pendapatan mereka. Sehingga kesejahteraan masyarakat menurun bahkan berpotensi mengalami kelaparan dan malnutrisi. Kenaikan harga pangan juga akan merugikan petani sebagai produsen dan para pedagang. Apabila harga pangan terus naik, daya beli masyarakat akan ikut berkurang. Akibatnya petani dan pedagang akan merugi.

Pemerintah Provinsi Gorontalo telah merencanakan serta melaksanakan berbagai upaya untuk mengurangi dampak banjir guna menjaga ketersediaan bahan pangan di Gorontalo. Seperti yang dilakukan Kementerian Pertanian, yaitu dengan memetakan daerah rawan banjir serta membuat sistem peringatan dini melalui pemantauan informasi BMKG, melakukan perbaikan jaringan irigasi, serta menggunakan varietas benih padi tahan genangan.

Sebagai contoh, penyebab banjir yang terjadi di Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo adalah faktor pengairan. Ketika terjadi hujan, terdapat air limpasan yang mengalir dari desa daerah hulu ke daerah hilir. Hal ini didukung dengan kondisi drainase yang tidak berfungsi dengan normal. Air hujan yang mengalir cenderung membawa tanah dan berakhir mengendap di saluran air. Pengendapan ini dapat memperlambat laju air bahkan mengurangi daya tampung air, sehingga memicu terjadi luapan. Oleh karena itu, program rehabilitasi jaringan sungai yang dilakukan pemerintah bersama petani seperti pengerukan, pembersihan, dan pelebaran saluran air dapat mengurangi banjir yang terjadi.

Agenda

24 September 2023

HARI TANI

Hari Tani Nasional 2023

1 September 2023

Dies Natalis UNG

Hari Lahir Universitas Negeri Gorontalo ke 60

16 - 17 Maret 2020

RAPAT KERJA 2020

Kegiatan Rapat Kerja "Penguatan dan Akselerasi Program Kerja Tahun 2020" Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

24 - 25 November 2018

Seminar Nasional Integrated Farming System

Tema "Pengembangan Pertanian, Peternakan dan Perikanan Berkelanjutan dalam Mendukung Terwujudnya Kemandirian, Ketahanan Pangan Nasional dan Kesejahteraan Petani, Peternak dan Nelayan"