Antisipasi Bencana Ekologis, Faperta UNG dan Syngenta Gelar Festival Pertanian Regeneratif Lahan Miring

Oleh: Yopan Latif . 26 September 2024 . 10:00:00

Gorontalo 26 September 2024. Tantangan perubahan iklim serta bencana ekologis merupakan ancaman bagi manusia dan lingkungan, sehingga penerapan sistem usahatani yang tepat menjadi kunci keberhasilan pertanian berkelanjutan.

Syngenta yang merupakan perusahaan global dalam produksi teknologi benih dan perlindungan tanaman berkolaborasi dengan tim peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo dan Universitas Ichsan Gorontalo dalam memperkenalkan konsep sistem usahatani (SUT) konservasi melalui kegiatan edukatif tentang budidaya jagung di lahan miring dengan praktik pertanian ramah lingkungan untuk mencegah erosi. Melalui demplot dan sekolah lapang, tim peneliti mendemonstrasikan penerapan SUT konservasi pada usahatani jagung yang dikombinasikan dengan rumput gajah tipe genjah (rumput odot), yang ditanam mengikuti garis kontur, dengan penambahan teras guludan.

Gambar 1. Lokasi demplot dan sekolah lapang SUT konservasi

Selama kurang lebih 3 bulan, serangkaian kegiatan edukatif dilakukan untuk memberikan contoh langsung kepada petani lokal untuk melakukan usatahani jagung secara konservasi. Dr. Zulham Sirajuddin, dosen Jurusan Agribisnis sekaligus ketua tim peneliti menjelaskan bahwa upaya ini dilakukan untuk menunjukkan langsung kepada petani mengenai pentingnya mendapatkan keuntungan melalui usahatani jagung, tapi juga tidak kalah penting untuk menjaga lingkungan. “Sebagian besar lahan jagung di Gorontalo berada di kemiringan, sehingga perlu intervensi untuk menjaga lingkungan. Dengan metode tanam jagung yang tepat seperti tanam kontur dan guludan dengan rumput odot sebagai penguat teras, setidaknya dapat membantu meminimalisir erosi untuk mencegah banjir.”, ujarnya. “Petani itu lebih banyak belajar dengan mata dibanding telinga, jadi penting untuk menunjukkan langsung caranya melalui demplot sebab dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan belajar. Apalagi beberapa peralatan yang digunakan untuk membantu proses tanam pada garis kontur seperti Frame-A dapat dibuat sendiri oleh petani dengan menggunakan peralatan sederhana yang ada di sekitar”, tambahnya.

Puncak dari rangkaian edukasi ini adalah “Festival Pertanian Regeneratif di Lahan Miring” yang dilaksanakan di Desa Ulapato B, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Acara ini dihadiri langsung oleh tim Syngenta dari Jakarta, akademisi, penyuluh pertanian, BSIP, dan kurang lebih 200 petani jagung. Acara ini juga dibuka langsung oleh Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo. “Kunci keberhasilan dan keberlanjutan pertanian terletak pada teknik budidaya yang diterapkan. Dengan teknik yang tepat, dampak negatif terhadap lingkungan seperti erosi atau penurunan kualitas tanah bisa dihindari,” ujar Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo.

Gambar 2. Pembukaan festival pertanian regeneratif lahan miring

Dalam acara tersebut, Faperta UNG juga memperkenalkan beberapa produk olahan dari limbah jagung yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat petani, diantaranya adalah biochar dan briket arang dari tongkol jagung, serta asesoris dan photobooth dari limbah daun, kulit dan tongkol jagung. Olahan tersebut diperkenalkan oleh mahasiswa Jurusan Agribisnis dan Teknologi Pangan UNG yang tergabung dalam KKN MBKM di Desa Ulapato B, serta beberapa relawan mahasiswa dari Jurusan Agroteknologi UNG.

Gambar 3. Photobooth karya mahasiswa KKN MBKM UNG di Desa Ulapato B

Gambar 4. Dosen dan mahasiswa menjelaskan tentang pengolahan limbah jagung

Retha A. Dotulong, Seed Sustainability and Corporate Affairs Manager Syngenta Indonesia, menekankan bahwa inisiatif ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan menjaga kesuburan tanah serta lingkungan dalam jangka panjang. “Kami berkomitmen untuk terus mendukung petani dengan teknik yang ramah lingkungan di berbagai kondisi lahan,” ujar Retha.

Retha menambahkan bahwa program ini adalah hasil kolaborasi antara akademisi dan Syngenta untuk memberikan dampak positif bagi petani. Edukasi berkelanjutan akan terus dilakukan melalui demonstrasi lapangan dan pendampingan agar petani dapat menerapkan teknik-teknik ini dengan tepat di lahan mereka.

Dengan penerapan teknik budidaya yang tepat, pertanian di berbagai jenis lahan termasuk lahan miring dapat memberikan hasil optimal tanpa merusak lingkungan. Inisiatif ini juga sejalan dengan komitmen Syngenta untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan menjaga kelestarian sumber daya alam.

Gambar 5. Booth edukasi lahan miring

Gambar 6. Booth kuis dan spanduk harapan

Gambar 7. Jalur edukasi di lokasi demplot

 

“Pertanian berkelanjutan bukan hanya tentang apa yang ditanam, tetapi juga bagaimana kita menanamnya. Dengan cara dan praktik yang tepat, kita bisa menjaga keberlanjutan sumber daya alam sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian,” tutup Retha.

Agenda

24 September 2023

HARI TANI

Hari Tani Nasional 2023

1 September 2023

Dies Natalis UNG

Hari Lahir Universitas Negeri Gorontalo ke 60

16 - 17 Maret 2020

RAPAT KERJA 2020

Kegiatan Rapat Kerja "Penguatan dan Akselerasi Program Kerja Tahun 2020" Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

24 - 25 November 2018

Seminar Nasional Integrated Farming System

Tema "Pengembangan Pertanian, Peternakan dan Perikanan Berkelanjutan dalam Mendukung Terwujudnya Kemandirian, Ketahanan Pangan Nasional dan Kesejahteraan Petani, Peternak dan Nelayan"